Alkisah ketika raja dari
bangsa Han yang memerintah pada masa pembangunan tembok Cina sedang
berjalan-jalan, ia berpapasan dengan seseorang yang duduk dan
menghalangi jalannya. Meski raja tersebut sudah mengatakan maksudnya
untuk lewat, namun orang itu
tidak menghiraukannya.
Orang tersebut akhirnya pergi setelah para
menteri dari raja berbicara kepadanya. Tentu saja raja heran, mengapa
orang tersebut hanya mau lewat usai para menterinya yang meminta.
Jadi komunikasi raja selama
ini kepada menteri-menterinya ternyata juga tidak dimengerti. Sama
halnya ketika raja tersebut berbicara dengan orang yang
menghalangi jalannya tadi.
“Sejak itulah raja
kemudian memutuskan untuk memberlakukan bahasa persatuan di negeri
tersebut dengan bahasa bangsa Han,” terang Suki Ariono, pemilik
Sekolah Pelita Budaya Bangsa saat
menceritakan perihal tersebut.
Tentu saja, peraturan ini pada waktu itu
menimbulkan pro dan kontra dari masyarakat Cina waktu itu. Di negeri
panda tersebut, ada beberapa suku yang memiliki bahasa berbeda,
Mongolia, Han Tibet, Mansuria, dan Xing Jiang. Suku Han sendiri
merupakan suku yang paling besar jumlahnya.
Namun terlepas dari itu
semua, kini siapapun yang berkunjung ke Cina dan mendatangi provinsi
atau daerah manapun cukup berbicara dengan bahasa mandarin saja.
Bahasa persatuan inilah yang akhirnya memudahkan siapapun
berkomunikasi dengan lainnya.
BAHASA MANDARIN ADALAH BAHASA INDUK DUNIA
Untuk melestarikan kebudayaan tradisional
Tiongkok, NTDTV (New Tang Dynasty Tele Vision) Minggu (24/8) saat
berlangsungnya final kompetisi, mengundang DPA (Devine Performing
Arts) menunjukkan kebolehannya di pusat Hammerstein Ballroom
Manhattan-New York. Inti sari kebudayaan pewarisan dewata selama
5.000 tahun di bawah pementasan tarian klasik Tiongkok, membuat
banyak orang tercerahkan akan suatu pemahaman yang mendalam.
Antonio Diane, professor
ilmu filsafat barat dari cabang pelaksanaan universitas New York,
seusai menikmati gala tersebut menyatakan, gala dipenuhi dengan medan
energi dan kekuatan kebajikan. Dia mengatakan: “Sangat menyukai
kebudayaan dinasti Tang (Abad ke-7 s.d 9), saya tahu itu adalah masa
paling cemerlang di dalam sejarah Tiongkok, saya percaya bahasa
mandarin adalah bahasa induk dunia, memiliki hubungan dengan
kebudayaan
suku-bangsa lainnya.”
Antonio Diane adalah seorang
penulis, juga mengajar ilmu filsafat barat di universitas New York.
Dia pernah mempublikasikan 6 buah novel dan 2 buah kumpulan sajak.
Dia mengacungi jempol tentang
pertunjukan gala dari DPA.
“Ketika layar besar opera
dibuka, anak perempuan cilik itu begitu manisnya, sangat
menggemaskan.” Diane berkisah tentang acara tersebut, “Betul,
saya betul-betul berharap menonton sekali lagi, sungguh-sungguh
hampir membuat saya meloncat dari kursi saya, sangat
mendebarkan (thrilling).”
“Saya pernah menekuni ilmu
pedang, juga sangat suka Wu Shu (Olah raga seni bela diri Tiongkok).
Juga ingin melihat acara yang mengandung seni silat.”
Terlebih-lebih Diane terutama memuji tutur kata sang pembawa acara.
“Saya sangat suka penjelasan si presenter, karena diantaranya
banyak terdapat perkenalan tentang filsafat dan kebudayaan Tionghoa.
Tentu saja, sang presenter juga humoris, keseluruhan teks skenario
yang dibawakannya sangat
baik. Saya merasa beruntung.”
Diane memiliki perasaan
khusus yang unik terhadap bahasa Han/mandarin dan kebudayaan
Tiongkok. “Saya tinggal di Flushing (New York), setiap kali saya
mendengar bahasa mandarin, saya selalu saja merasa
gembira.”
”Saya kira bahasa mandarin adalah suatu macam
bahasa yang membuat orang gembira. Kenapa saya mengartikannya
demikian, ialah karena saya merasakan kita semua berasal dari
Tiongkok, jiwa kita semuanya berasal-muasal dari Tiongkok. Saya
beranggapan bahwa bahasa mandarin adalah leluhur semua bahasa.”
”Saya sungguh-sungguh
beranggapan demikian” selanjutnya dia mengatakan: “Saya pikir,
apabila kehidupan kita betul-betul bukannya hanya sekali ini saja,
apabila selama kehidupan yang lalu bermasa-masa lamanya, diantara
kita selalu berhubungan satu sama lain. Barangkali kita pribadi tidak
ada di tempat itu, tetapi jiwa kita, atau katakanlah sebagian
tertentu dari jiwa, adalah berkaitan dengan individu-individu berbeda
yang lainnya. Apabila seperti demikian halnya, barangkali asal muasal
kita (umat manusia) betul-betul dimulai dari Tiongkok, saya tahu di
sana (Tiongkok) terdapat medan energi bidang lapisan
spiritual yang sangat kuat.”
“Disanalah tempat
kehidupan kita dimulai, bahasa mandarin adalah bahasa ibu paling
awal. Barangkali inilah sebabnya bahasa mandarin bisa membuat kita
merasa riang gembira.”
Demikian imbuh Diane.
(Diane bahkan merasakan dirinya kemungkinan
dengan dinasti Tang di Tiongkok terdapat semacam keterkaitan, karena
dia sangat menyukai acara Genderang Tang Agung.)
0 komentar:
Posting Komentar