Selasa, 28 Februari 2012

Asal-Usul Bahasa Mandain

Alkisah ketika raja dari bangsa Han yang memerintah pada masa pembangunan tembok Cina sedang berjalan-jalan, ia berpapasan dengan seseorang yang duduk dan menghalangi jalannya. Meski raja tersebut sudah mengatakan maksudnya untuk lewat, namun orang itu tidak menghiraukannya.
Orang tersebut akhirnya pergi setelah para menteri dari raja berbicara kepadanya. Tentu saja raja heran, mengapa orang tersebut hanya mau lewat usai para menterinya yang meminta.
Jadi komunikasi raja selama ini kepada menteri-menterinya ternyata juga tidak dimengerti. Sama halnya ketika raja tersebut berbicara dengan orang yang menghalangi jalannya tadi.
Sejak itulah raja kemudian memutuskan untuk memberlakukan bahasa persatuan di negeri tersebut dengan bahasa bangsa Han,” terang Suki Ariono, pemilik Sekolah Pelita Budaya Bangsa saat menceritakan perihal tersebut.
Tentu saja, peraturan ini pada waktu itu menimbulkan pro dan kontra dari masyarakat Cina waktu itu. Di negeri panda tersebut, ada beberapa suku yang memiliki bahasa berbeda, Mongolia, Han Tibet, Mansuria, dan Xing Jiang. Suku Han sendiri merupakan suku yang paling besar jumlahnya.
Namun terlepas dari itu semua, kini siapapun yang berkunjung ke Cina dan mendatangi provinsi atau daerah manapun cukup berbicara dengan bahasa mandarin saja. Bahasa persatuan inilah yang akhirnya memudahkan siapapun berkomunikasi dengan lainnya.

BAHASA MANDARIN ADALAH BAHASA INDUK DUNIA
Untuk melestarikan kebudayaan tradisional Tiongkok, NTDTV (New Tang Dynasty Tele Vision) Minggu (24/8) saat berlangsungnya final kompetisi, mengundang DPA (Devine Performing Arts) menunjukkan kebolehannya di pusat Hammerstein Ballroom Manhattan-New York. Inti sari kebudayaan pewarisan dewata selama 5.000 tahun di bawah pementasan tarian klasik Tiongkok, membuat banyak orang tercerahkan akan suatu pemahaman yang mendalam.
Antonio Diane, professor ilmu filsafat barat dari cabang pelaksanaan universitas New York, seusai menikmati gala tersebut menyatakan, gala dipenuhi dengan medan energi dan kekuatan kebajikan. Dia mengatakan: “Sangat menyukai kebudayaan dinasti Tang (Abad ke-7 s.d 9), saya tahu itu adalah masa paling cemerlang di dalam sejarah Tiongkok, saya percaya bahasa mandarin adalah bahasa induk dunia, memiliki hubungan dengan kebudayaan suku-bangsa lainnya.”
Antonio Diane adalah seorang penulis, juga mengajar ilmu filsafat barat di universitas New York. Dia pernah mempublikasikan 6 buah novel dan 2 buah kumpulan sajak. Dia mengacungi jempol tentang pertunjukan gala dari DPA.
Ketika layar besar opera dibuka, anak perempuan cilik itu begitu manisnya, sangat menggemaskan.” Diane berkisah tentang acara tersebut, “Betul, saya betul-betul berharap menonton sekali lagi, sungguh-sungguh hampir membuat saya meloncat dari kursi saya, sangat mendebarkan (thrilling).”
Saya pernah menekuni ilmu pedang, juga sangat suka Wu Shu (Olah raga seni bela diri Tiongkok). Juga ingin melihat acara yang mengandung seni silat.” Terlebih-lebih Diane terutama memuji tutur kata sang pembawa acara. “Saya sangat suka penjelasan si presenter, karena diantaranya banyak terdapat perkenalan tentang filsafat dan kebudayaan Tionghoa. Tentu saja, sang presenter juga humoris, keseluruhan teks skenario yang dibawakannya sangat baik. Saya merasa beruntung.”
Diane memiliki perasaan khusus yang unik terhadap bahasa Han/mandarin dan kebudayaan Tiongkok. “Saya tinggal di Flushing (New York), setiap kali saya mendengar bahasa mandarin, saya selalu saja merasa gembira.”
”Saya kira bahasa mandarin adalah suatu macam bahasa yang membuat orang gembira. Kenapa saya mengartikannya demikian, ialah karena saya merasakan kita semua berasal dari Tiongkok, jiwa kita semuanya berasal-muasal dari Tiongkok. Saya beranggapan bahwa bahasa mandarin adalah leluhur semua bahasa.”
Saya sungguh-sungguh beranggapan demikian” selanjutnya dia mengatakan: “Saya pikir, apabila kehidupan kita betul-betul bukannya hanya sekali ini saja, apabila selama kehidupan yang lalu bermasa-masa lamanya, diantara kita selalu berhubungan satu sama lain. Barangkali kita pribadi tidak ada di tempat itu, tetapi jiwa kita, atau katakanlah sebagian tertentu dari jiwa, adalah berkaitan dengan individu-individu berbeda yang lainnya. Apabila seperti demikian halnya, barangkali asal muasal kita (umat manusia) betul-betul dimulai dari Tiongkok, saya tahu di sana (Tiongkok) terdapat medan energi bidang lapisan spiritual yang sangat kuat.”
Disanalah tempat kehidupan kita dimulai, bahasa mandarin adalah bahasa ibu paling awal. Barangkali inilah sebabnya bahasa mandarin bisa membuat kita merasa riang gembira.” Demikian imbuh Diane.
(Diane bahkan merasakan dirinya kemungkinan dengan dinasti Tang di Tiongkok terdapat semacam keterkaitan, karena dia sangat menyukai acara Genderang Tang Agung.)

0 komentar:

Posting Komentar